Mau lanjut kemana?
Itu adalah satu pertanyaan dengan banyak variasi, yang
frekuensinya menduduki peringkat pertama saat ini.
Saya dan teman- teman pun mulai bertanya kepada diri masing-
masing. Saya mau kuliah dimana ya? Begituu terus. Sampai akhirnya beberapa
pilihan tercipta. Syukur- syukur, yang dengan cepat bias menetapkan pilihannya,
sedang yang lain masih dalam fase galau. Bersyukurlah kalian wahai orang- orang
tidak galau! (?)
Nah, buat saya sendiri pun, fase galau terkadang memenuhi
pikiran. Dari prioritas yang telah saya tentukan, akhirnya satu persatu
tereliminasi. Tapi ternyata saat mempunyai hanya satu pilihan, masih ada
kemungkinan pilihan itu tidak dapat kita ambil. Nah, kalau ini, urusannya sama
usaha dan tawakkal.
Contoh ekslusifnya adalah orang yang sedang bingung- bingung
kelas 12, yaitu saya: saya akhirnya memantapkan diri untuk mengambil jalan
yang.. yah lumayan jauh dari teman- teman pada umumnya. Pilihan pertama saya
adalah Jerman. Ya, bukan snmptn undangan. Dengan pertimbangan- pertimbangan
yang mungkin jarang dipertimbangkan, saya menetapkan pilihan itu.
Tapi ternyata masih ada tantangan setelah menetapkan
pilihan. Tentang berkomunikasi dengan orang tua maupun biaya, serta batu- batu
bermasalah yang punya potensi bikin kesandung.
Dinikmatin aja masalahnya dulu, nanti kalau memang ada
takdirnya, pasti ada jalan keluarnya. Inget, Allah nggak akan ngasih masalah
yang nggak ada jalan keluarnya kok.
Yup, akhirnya ucapan ibu terdengar : ‘shofa, nanti diisi ya
formulirnya, ibu mau daftarin untuk persiapan ke jerman’
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa melangkah ke tahap
selanjutnya -apapun tahap itu-
Semoga teman- teman yang masih galau atau kalo saya galau
lagi, bisa menetapkan pilihan dengan benar. Aamiin.
ps : kita punya batas, dimana kita tidak bisa lagi menyalahkan orang lain tentang pilihan- pilihan yang kita ambil. atau karena kita mengikuti pilihan mereka.
ps : kita punya batas, dimana kita tidak bisa lagi menyalahkan orang lain tentang pilihan- pilihan yang kita ambil. atau karena kita mengikuti pilihan mereka.
No comments:
Post a Comment